Selasa, 22 Juli 2008

Belajar Memaknai Hemat

Saat aku sedang makan bersama dengan beberapa kawan kantor, teringat aku seorang kawan yang hari itu tidak ikut makan bersama kami karena lagi kunjungan ke lapangan. Lalu aku berkata, "Hari ini dia makan ga ya?" Seorang kawan di sebelahku ternyata spontan berkomentar sambil tertawa, "paling dia menunggu di mobil saat rombongan yang lain lagi makan". Aku bertanya seperti itu karena yang aku tahu kawanku tersebut terkenal orang yang paling hemat di kantorku. Sehari-hari kalo siang dia tahan tidak makan, kecuali cemilan yang dia bawa dari rumah atau dia beli di warung sebelah. Tak lama berselang seorang kawan lain spontan juga berkomentar, "Dia tuh lagi berhemat, biar cepet kaya. Hemat pangkal kaya!". Aku hanya tersenyum mendengar komentar itu. Kupikir memang demikian adanya. Tiba-tiba aku tergelitik untuk menyusun beberapa pertanyaan di kepalaku, apa benar hemat itu pangkalnya kaya? Apa sih sebenarnya makna hemat itu? Apakah hemat identik dengan pelit? Tidak mau memberi dan berbagi kepada sesama dengan alasan menghemat? Kadangkala agak sulit memang membedekan hemat dengan pelit. Hemat, kalo menurut pendapat awamku adalah memanfaatkan apa yang kita miliki untuk berbagai kepentingan secara proporsional, alias tidak boros. Menghemat bukan berarti berhenti memberi dan berbagi, berhemat bukan berarti berhenti membantu kawan yang lagi susah... begitulah setidaknya pemahamanku tentang makna hemat.... Apakah dengan itu kita akan bisa kaya? Achh... kaya bagiku bukan tema yang menarik untuk didiskusikan di sini.. bagiku hidup cukup itu lebih baik dari sekedar hidup kaya... jeee, filosofi bangetz.. Mari belajar bersama...

1 komentar:

Wongdidit mengatakan...

hahahhaaa...
*duh, aq jg termasuk temen sekantor jg..:(
yang betul: pelit pangkal kaya pak.
kalo hemat blm tentu bisa kaya, kalo pelit baru bisa kaya..:D

piss..